Tenun Buna Insana: Kisah Cinta dan Perjuangan Mama-mama Melindungi Warisan Budaya NTT

Di sebuah galeri sederhana yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, deretan Tenun Buna Insana terpajang bak lukisan yang merangkai kisah kehidupan. Motif-motif berbentuk pengait menyerupai huruf Z berbicara dalam keheningan, menyampaikan warisan leluhur yang dijaga dengan penuh cinta dan ketekunan oleh mama-mama setempat. Di setiap helaian benang yang tersulam, ada peluh, doa, dan cerita tentang harapan.

Tenun yang terkenal dengan nama Buna Insana itu memiliki sekitar 60 motif berbeda dengan warna yang mencolok. Bukan sembarang motif, para mama di NTT mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada keturunan mereka melalui keterampilan menenun dan membuat motif.

“Motif kami beda-beda dan masing-masing ada lambang yang beda-beda. Sekarang diidentifikasi ada 60 motif. Ada yang mengajarkan jiwa gotong royong, kerja bakti, kesetiaan, sampai kekuatan. Kita tunjukkan dalam motif supaya jiwa gotong royong ini terbentuk serta menghargai hasil karya leluhur,” cerita Elvira Berta Maria Ogom, Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Tenun Buna Insana saat diwawancara pada Minggu, 22 Desember 2024.

Bagi Elvira, menenun adalah cara perempuan di Timor Tengah Utara berbicara kepada dunia. Ibu dari dua anak ini mengisahkan tradisi yang mengakar dalam kehidupan mereka. Menenun bukan hanya sebuah keterampilan, tetapi juga ritual yang menjadi gerbang kedewasaan bagi setiap anak perempuan di sana. 

“Anak-anak perempuan di sini banyak yang bilang bahwa menenun itu sulit setengah mati, tetapi karena kami punya kepercayaan itu tadi, mama-mama harus ajarkan anak perempuan mereka untuk bisa menenun. Ini adalah cara kami membekali anak-anak perempuan kami keterampilan dan menjaga warisan leluhur,” lanjutnya.

Di tangan para mama, benang-benang kapas maupun sintetis yang diberi pewarna alami itu bersatu menjadi kain yang indah, membawa nama Timor Tengah Utara ke penjuru negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Setiap helai kain menenun masa depan, memberikan harapan kepada banyak keluarga untuk mengirim anak-anak mereka menggapai pendidikan yang lebih tinggi. Tidak jarang, kain-kain ini dipesan khusus, dibeli melalui lokapasar dengan harga yang tinggi, bahkan menyentuh Rp10 juta. Tidak hanya bisa digunakan sebagai selendang atau pakaian, hasil tenun juga bisa dimodifikasi sebagai tas, dekorasi, dan menjadi pelengkap ritual kelahiran, perkawinan, serta kematian.

Namun, jalan menuju pengakuan hukum bagi Tenun Buna Insana memerlukan perjuangan dan kerja sama banyak pihak. Sebelum 2024, motif-motif unik mereka sering ditiru tanpa izin, mengancam kelestarian budaya yang telah diwariskan sejak zaman nenek moyang. Perjuangan panjang itu akhirnya berbuah manis ketika pada November 2024, Tenun Buna Insana resmi terdaftar sebagai produk indikasi geografis di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Republik Indonesia.

“Di tahun 2024 ini kami coba untuk lindungi hukumnya… Ini sebagai upaya kami untuk melindungi dan mempertahankan tenun dan kain di Kabupaten Timor Tengah Utara dan kami sangat bangga akhirnya Tenun Buna Insana mendapatkan status terdaftar sebagai produk indikasi geografis,” ujarnya.

Namun, Elvira tahu perjuangan belum usai. Di tengah zaman yang kian modern, menenun berhadapan dengan tantangan baru. Banyak remaja kini lebih memilih sibuk dengan layar ponsel ketimbang menyentuh alat tenun tradisional. Untuk itulah, Elvira menggagas pendidikan vokasi bagi remaja perempuan, terutama mereka yang putus sekolah.

“Kami berikan pendidikan itu agar ada regenerasi apabila suatu saat nanti para lansia dan mama-mama sudah tidak sanggup lagi menenun. Tidak dapat dipungkiri menenun itu kerajinan yang rumit yang mungkin tidak banyak dilirik remaja-remaja yang sekarang lebih gemar main handphone,” kata perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah, Bunda Paud, Bunda Literasi dan Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan serta Ketua Kwartir Cabang Timor Tengah Utara.

Elvira berharap semangat para mama untuk memberdayakan anak-anak perempuan mereka ini tidak akan pernah terkikis zaman. Meskipun wanita memang memiliki kodrat untuk melahirkan, menjadi istri sekaligus ibu bagi keluarga, perempuan juga harus bisa berdiri di kaki sendiri dan menjadi pemimpin.

“Perempuan harus percaya diri dan punya kemampuan sehingga kapanpun dia bisa dipercaya untuk memimpin organisasi atau bahkan juga menjabat tugas di pemerintahan. Di tempat kami perempuan yang jadi kepala hanya dua orang. Maka saya berharap kepada kaum perempuan, ayo kita bersemangat untuk menjadi kreatif, terampil serta percaya diri agar memiliki kemampuan yang sama atau bahkan lebih dibanding laki-laki untuk bisa menjadi perempuan yang tangguh,” pungkas Elvira.

Tenun Buna Insana adalah bukti nyata kekuatan perempuan dalam mempertahankan tradisi sekaligus menenun masa depan. Di tangan mama-mama NTT, kain ini telah menjadi lambang keteguhan hati, kreativitas, dan cinta yang tak lekang oleh waktu. Selamat Hari Ibu bagi seluruh perempuan Indonesia—penjaga warisan, pelita keluarga, dan inspirasi bagi generasi mendatang.



LIPUTAN TERKAIT

DJKI Serahkan Sertifikat IG Kopi Robusta Merapi Sleman, Dorong Produk Lokal Mendunia

Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Razilu menyerahkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) Kopi Robusta Merapi Sleman kepada Bupati Kabupaten Sleman Kustini Sri Purnomo pada Kamis, 19 Desember 2024, di Lapangan Pemerintah Daerah Sleman.

Kamis, 19 Desember 2024

Peta Jalan IG Nasional 2025-2029: Strategi Baru untuk Memperkuat Ekonomi dan Budaya Indonesia

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) memperkuat komitmennya dalam mengembangkan Indikasi Geografis (IG) sebagai instrumen strategis untuk meningkatkan nilai produk lokal, dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Razilu, dalam rapat peluncuran Peta Jalan Indikasi Geografis Nasional 2025-2029, yang diselenggarakan di Ruang Rapat Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Jakarta, pada tanggal 17 Desember 2024.

Selasa, 17 Desember 2024

Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kunci Pelindungan dan Utilisasi Indikasi Geografis

Indikasi Geografis (IG) merupakan salah satu rezim kekayaan intelektual (KI) yang menjadi pilar dalam membangun ekonomi kreatif berkelanjutan. Hal ini dikarenakan IG dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sebuah produk. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Razilu dalam kegiatan Penutupan Tahun Tematik IG 2024, di Shangri-la Hotel, Jakarta.

Senin, 2 Desember 2024

Selengkapnya