Potensi Paten di Papua Barat: Abon Ulat Sagu Buka Peluang Baru

Sorong – Provinsi Papua Barat, wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati, kini tengah menggali potensi kekayaan intelektualnya. Salah satu inovasi menarik datang dari dunia kuliner, yakni pembuatan abon ulat sagu. Inovasi ini tidak hanya membuka peluang bisnis baru, tetapi juga menunjukkan potensi besar Papua Barat dalam pengembangan produk berbasis sumber daya lokal.

Untari, seorang peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua Barat, tengah berencana mengajukan paten untuk inovasi produk abon ulat sagu. “Ulat sagu memiliki kandungan protein yang tinggi, namun bentuknya yang kurang menarik membuat tidak semua orang berminat mengonsumsinya,” ungkap Untari pada Kamis, 19 September 2024 di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong.

“Dengan mengubahnya menjadi abon, kami berharap ulat sagu bisa menjadi sumber protein yang lebih menarik dan mudah diakses oleh masyarakat,” lanjutnya. 

Inovasi ini tidak hanya berdampak pada sektor pangan, tetapi juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan nilai ekonomi ulat sagu. Nantinya, dengan adanya pelindungan paten jika sudah terdaftar, inovasi ini dapat melindungi hak kekayaan intelektual (KI) penemu, memberikan manfaat ekonomi, dan mendorong pengembangan produk turunan lainnya.

Proses pengajuan potensi paten bagi Untari dan peneliti lainnya di Papua Barat mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Melalui asistensi pada kegiatan Patent One Stop Service (POSS) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) bersama dengan Kantor Wilayah Kemenkumham Papua Barat, para peneliti dibimbing dalam menyusun klaim paten yang kuat dan komprehensif.

“Asistensi ini sangat membantu kami dalam memahami proses pengajuan paten. Kami menjadi lebih paham mengenai pentingnya klaim paten dalam melindungi inovasi kami,” ujar Untari. 

Pemeriksa Paten Ahli Utama Susilo Wardoyo melihat potensi besar Provinsi Papua Barat dalam pengembangan inovasi. “Antusiasme para peneliti di Papua Barat sangat tinggi. Banyak ide-ide kreatif yang dapat dikembangkan menjadi produk yang bernilai komersial,” ungkapnya.

Namun, Susilo juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kurangnya pemahaman mengenai hak KI dan kesulitan dalam mengakses informasi, khususnya terkait paten.

Oleh karena itu, Susilo menyampaikan bahwa untuk mendorong pertumbuhan inovasi di Papua Barat, diperlukan beberapa langkah strategis, antara lain peningkatan kesadaran melalui sosialisasi dan pelatihan. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pelindungan dan hak KI.

“Selanjutnya, perlu adanya fasilitasi infrastruktur. Artinya, pemerintah perlu menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan,” tutur Susilo. 

“Tidak hanya itu, kerja sama lintas sektor adalah hal yang cukup penting juga. Perlu adanya kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku usaha untuk mendorong komersialisasi hasil penelitian,” lanjutnya. 

Lebih lanjut, Susilo menyampaikan bahwa dengan adanya  dukungan yang kuat, Papua Barat dapat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing di pasar global.

Sebagai informasi, dalam penutupan kegiatan ini juga diserahkan 7 sertifikat paten untuk PT. Pertamina EP Papua Field, Universitas Papua, LP2M Universitas Papua Manokwari, UPPM STIKES Papua, dan LP2M Universitas Papua.



TAGS

#Paten

LIPUTAN TERKAIT

Sinergi DJKI dan Kanwil Kemenkum Sumut Pacu Pencatatan KIK

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) berkolaborasi dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum (Kemenkum) Sumatera Utara menggelar kegiatan Fasilitasi dan Konsultasi Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) pada 6 Mei 2025. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Wilayah Kemenkum Sumatera Utara ini menjadi wadah bagi perwakilan dari berbagai Dinas Kabupaten di Sumatera Utara untuk meningkatkan pemahaman dan melakukan inventarisasi KIK di wilayah masing-masing.

Selasa, 6 Mei 2025

Jaga Warisan Lewat Indikasi Geografis

Lukisan Kamasan merupakan salah satu Indikasi Geografis dari Desa Kamasan, Provinsi Bali, yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum. Lukisan tersebut sudah ada sejak zaman kerajaan dan sampai saat ini masih dijaga kelestariannya. Hal tersebut disampaikan oleh Gede Weda Asmara selaku Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Lukisan Kamasan Bali dalam Podcast Obrolan Kreatif dan Inovatif Kekayaan Intelektual (OKE KI) dalam gelaran INACRAFT 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) pada Minggu, 9 Februari 2025.

Minggu, 9 Februari 2025

Tenun Buna Insana: Kisah Cinta dan Perjuangan Mama-mama Melindungi Warisan Budaya NTT

Di sebuah galeri sederhana yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, deretan Tenun Buna Insana terpajang bak lukisan yang merangkai kisah kehidupan. Motif-motif berbentuk pengait menyerupai huruf Z berbicara dalam keheningan, menyampaikan warisan leluhur yang dijaga dengan penuh cinta dan ketekunan oleh mama-mama setempat. Di setiap helaian benang yang tersulam, ada peluh, doa, dan cerita tentang harapan.

Senin, 23 Desember 2024

Selengkapnya