Founder Laukita Ungkap Kesuksesan Membangun Brand Makanan di Tengah Pandemi

Jakarta - Di tengah perang dan musibah, seorang pengusaha harus bisa mencari peluang untuk bangkit. Hal tersebut dikatakan pendiri Laukita, Adhia Abshar Arryman, yang sukses membangun bisnis makanan beku siap saji di tengah menyebarkan virus Covid-19. 

Berbeda dari kebanyakan bisnis yang mengalami kerugian, Adhia justru melihat peluang bisnis dari masalah yang ada karena adanya pandemi. Laukita telah memiliki 1.000 mitra referal dan berencana melakukan ekspansi ke luar negeri dalam beberapa tahun ke depan. Timnya melakukan riset sehingga bisnis makanannya dapat menjawab kebutuhan makanan siap saji ketika banyak orang terjebak di rumah dan tidak memiliki waktu untuk memasak. 

“Dengan adanya pandemi, produk kami memang diserap lebih mudah karena konsepnya yang mudah. Tapi makanan itu kan kebutuhan yang sustainable ya. Bisnis makanan ini bisnis yang menjanjikan. Tapi dalam bisnis makanan banyak masalah, tidak efisien. Jika bisnisnya ingin besar, maka kita harus jeli melihat peluang dan berinovasi,” terang Adhia dalam IP Talks edisi khusus Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-76, Senin (16/08/2021) melalui Instagram Live dengan moderator Emil Faizza.

Adhia menjelaskan bahwa saat ini inovasi teknologi sudah sangat maju, termasuk di bidang kuliner. Dia memaparkan pebisnis makanan harus rajin membaca dan melihat tren di dalam maupun luar negeri. 

“Kita harus menyerap sebanyak mungkin pengetahuan karena sekarang dunia ini tidak terbatas. Jadi jangan membatasi diri kita,” lanjutnya.

Selain itu, Adhia juga menyebutkan bahwa seorang pebisnis harus bisa menciptakan pasarnya. Hal ini sangat penting karena kemampuan marketing sangat diperlukan untuk meningkatkan penjualan dan pengetahuan orang pada brand yang dimiliki.

“Dalam bisnis apapun, sebenarnya yang paling penting itu bukan produknya, capital dan lain sebagainya, tetapi tentang bagaimana kita menciptakan pasarnya,” kata dia. 
Di samping itu, Adhia juga menggarisbawahi pentingnya mendaftarkan hak kekayaan intelektual seperti merek, paten atau inovasi yang ditemukan atau dikembangkan untuk mendukung bisnis. Dia sendiri lebih dulu mendaftarkan mereknya sebelum meluncurkan produk.

“Kalau saya, saya daftarkan dulu mereknya karena sayang ketika udah melakukan pemasaran brand, nanti pada saat didaftarkan masih harus nunggu rentang verifikasi dua tahun. Jangan sampai udah capek-capek bangun merek, udah dikenal, pas didaftarkan brandnya udah dipakai orang lain. Kita harus ingat bahwa merek itu intangible asset untuk kita,” jelas Adhia. 

Adhia melanjutkan bahwa pelindungan KI membuat kreator tenang karena tidak akan menghabiskan waktu dan uang akibat potensi sengketa. Apalagi, semakin banyak usaha yang dikerahkan untuk membangun merek sama artinya dengan membangun aset. 

“Cara mikirnya KI itu adalah tabungan aset. Setiap satu orang mengenal brand kita, adalah aset kita. Milik kita. Prinsip merek dagang adalah momen. Jangan sampai keduluan. Makanya segala bisnis yang akan kita lakukan, pendaftaran nomor satu,” tutupnya.

Sementara itu, merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Masyarakat kini dapat mendaftarkan permohonan pelindungan merek melalui www.dgip.go.id.


TAGS

#Merek

LIPUTAN TERKAIT

DJKI dan Kemenko Lakukan Koordinasi Untuk Pengembangan Kekayaan Intelektual

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menerima kunjungan Deputi Bidang Koordinasi Hukum Kementerian Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan dalam rangka audiensi koordinasi tugas dan fungsi terkait pengembangan kekayaan intelektual (KI) nasional.

Kamis, 13 Maret 2025

Tolak Permohonan Banding Paten dari Kyoto University

Komisi Banding Paten Republik Indonesia (KBP RI) menolak permohonan banding atas penolakan permohonan paten nomor P00202000758 yang berjudul Zat untuk Mencegah dan/atau Mengobati Penyakit Alzheimer melalui sidang terbuka di Gedung Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) pada Kamis, 13 Maret 2024.

Kamis, 13 Maret 2025

Komersialisasi Indikasi Geografis: Strategi Branding Produk Khas Daerah

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) kembali menggelar Seri Webinar Edukasi Kekayaan Intelektual yang kedelapan dengan tema Komersialisasi Indikasi Geografis. Acara ini menghadirkan Ketua Tim Kerja Indikasi Geografis, Irma Mariana, yang menjelaskan pentingnya indikasi geografis sebagai alat branding bagi produk khas suatu daerah.

Senin, 10 Maret 2025

Selengkapnya