Pariaman — Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum melakukan pemeriksaan substantif lapangan atas permohonan pendaftaran Indikasi Geografis Sulaman Kapalo Panitik Nareh di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Pemeriksaan ini menjadi tahap krusial dalam proses pendaftaran indikasi geografis untuk memastikan kesesuaian antara dokumen permohonan dan kondisi faktual di lapangan.
Tim Ahli Indikasi Geografis DJKI, yang terdiri atas Abdul Rokhman dan Gunawan, melakukan verifikasi langsung ke beberapa sentra produksi sulaman, termasuk Desa Nareh 1 dan Desa Padang Birik-Birik. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 26 hingga 28 Mei 2025. Tim bertemu dengan para pengrajin serta anggota Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) guna meninjau proses produksi sesuai dengan dokumen deskripsi yang telah diajukan.
“Semua dokumen yang dikirimkan telah memenuhi persyaratan administratif. Pemeriksaan ini untuk memastikan kesesuaian antara dokumen dan praktik di lapangan, mulai dari proses melukis hingga menyulam,” ujar Abdul Rokhman saat berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Pariaman, Alyendra, pada Senin 26 Mei 2025.
Indikasi Geografis merupakan bentuk pelindungan hukum terhadap produk yang memiliki reputasi, kualitas, dan karakteristik khas karena faktor geografis, baik alam maupun budaya manusia. Produk yang telah terdaftar sebagai indikasi geografis akan memperoleh sertifikat yang menjadi jaminan mutu dan ciri khas, serta berpotensi meningkatkan nilai jual.
Abdul Rokhman menekankan bahwa pelindungan indikasi geografis tidak hanya meningkatkan daya saing produk lokal, tetapi juga memberikan kepastian hukum kepada pelaku usaha dan menjamin konsumen akan keaslian produk. “Kualitas harus terus dijaga dengan mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dalam dokumen permohonan,” tambahnya.
Ketua MPIG Sulaman Kapalo Panitik Nareh menjelaskan bahwa Sulaman ini memiliki dua ciri utama: motif berbentuk kepala peniti dan penggunaan benang emas di pinggir motif. Motif dibuat dengan satu hentakan benang secara manual yang dililitkan ke bawah, memberikan tampilan unik seperti teknik jahit. Semakin banyak motif yang diaplikasikan, semakin rumit proses pengerjaannya dan berdampak pada nilai jual produk.
Walikota Pariaman, Yota Balad, bersama Kepala Dinas setempat menyambut baik kunjungan DJKI dan berharap agar Sulaman Kapalo Panitik Nareh segera mendapat pengakuan resmi sebagai produk indikasi geografis terdaftar dari pemerintah. Pengakuan ini diharapkan dapat melindungi para pengrajin serta mendorong promosi budaya lokal ke tingkat nasional maupun internasional.
DJKI terus mendorong pelaku usaha untuk mendaftarkan produk khas daerah mereka guna memperoleh pelindungan Indikasi Geografis. Masyarakat dapat mengajukan permohonan melalui DJKI dengan melampirkan dokumen deskripsi, bukti asal geografis, serta pembuktian reputasi dan kualitas produk. Pelindungan hukum melalui indikasi geografis tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat lokal.
Produk lokal bisa mendunia dan mendapatkan nilai tinggi jika dilindungi melalui Indikasi Geografis. Hal ini menjadi fokus utama webinar yang digelar Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum RI bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) seluruh Indonesia pada Rabu, 28 Mei 2025.
Rabu, 28 Mei 2025
Museum Wayang merupakan salah satu benteng dalam menjaga warisan budaya wayang melalui wisata sejarah. Tidak hanya sebagai tempat penyimpanan dan pameran berbagai jenis wayang dari seluruh Indonesia, museum ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat yang ingin memahami lebih dalam seni pertunjukan wayang.
Senin, 26 Mei 2025
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) berkolaborasi dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum (Kemenkum) Sumatera Utara menggelar kegiatan Fasilitasi dan Konsultasi Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) pada 6 Mei 2025. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Wilayah Kemenkum Sumatera Utara ini menjadi wadah bagi perwakilan dari berbagai Dinas Kabupaten di Sumatera Utara untuk meningkatkan pemahaman dan melakukan inventarisasi KIK di wilayah masing-masing.
Selasa, 6 Mei 2025
Selasa, 3 Juni 2025
Senin, 2 Juni 2025
Senin, 2 Juni 2025