DJKI dan KSDAE Bersinergi: Pelindungan Hukum untuk Invensi dari Taman Nasional

Jakarta - Dalam membangun ekosistem kekayaan intelektual (KI) dibutuhkan kerja sama dari berbagai instansi, baik pusat, daerah, nasional ataupun internasional. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kerja Sama dan Edukasi Yasmon dalam sambutannya pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Kerja Sama antar Lembaga Pemerintah pada Selasa, 20 Agustus 2024, di Hotel Shangri-la, Jakarta.

“Ekosistem KI tidak dapat dibangun oleh satu instansi saja. Kami dari DJKI menjalin kerja sama dengan berbagai stakeholder, termasuk instansi pemerintah, dalam mewujudkan ekosistem KI yang baik,” ujar Yasmon.

”Kegiatan ini dilatarbelakangi dengan rencana unit kerja kami, yakni Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian untuk memperluas cakupan kerja sama di bidang penegakan hukum KI,” lanjutnya.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) telah banyak melakukan penandatanganan dengan beberapa instansi kementerian/lembaga. Sampai dengan saat ini DJKI berencana untuk terus melakukan kerja sama dengan berbagai instansi lainnya yang memiliki keterkaitan dalam membangun ekosistem KI di Indonesia.

“Hari ini akan dilaksanakan penandatanganan dengan Direktorat Jenderal Konservatif Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Kedepannya, kami juga akan melakukan kerja sama dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan beberapa instansi lainnya,” ungkap Yasmon.

Pada kesempatan yang sama, Yasmon juga menyampaikan bahwa hari ini DJKI telah menandatangani MoU kerja sama dengan dengan institusi penegakan hukum amerika, yaitu Homeland Security Investigations (HSI). Kerja sama ini dapat dimanfaatkan untuk belajar dari pengalaman serta best practices dalam penegakan hukum KI sehingga dapat diterapkan di tanah air.

”Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Direktur Jenderal KSDAE, yang dalam hal ini diwakilkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE, atas dukungan dari penyelenggaraan kegiatan ini. Kami dari DJKI akan terus memberikan dukungan kepada Direktorat Jenderal KSDAE, mengingat banyak sumber daya alam (SDA) di Indonesia yang dikelola oleh Direktorat Jenderal KSDAE, sehingga apa yang telah dilakukan dapat mendapatkan pelindungan hukum yang sesuai,” ucap Yasmon.

Pada bulan Juli yang lalu, Indonesia telah menandatangani perjanjian internasional terkait sumber daya genetik. Menurut Yasmon perjanjian ini erat hubungannya dengan tugas Direktorat Jenderal KSDAE, sehingga dalam implementasinya diharapkan kerja sama dan kolaborasi Direktorat Jenderal KSDAE dalam pelaksanaan konvensi internasional tersebut.

“Semoga FGD ini betul-betul memberikan keluaran dalam meningkatkan kolaborasi dan koordinasi, sehingga dalam pelaksanaan sistem KI di Indonesia betul-betul bisa berjalan dengan efektif dan membawa kebermanfaatan bagi kita semua,” tutup Yasmon.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE Suharyono juga menyampaikan tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal KSDAE di mana dari berbagai taman nasional yang dikelola banyak sekali invensi atau penemuan-penemuan yang ditemukan oleh para peneliti yang membutuhkan pelindungan hukum.

”Kami memiliki 55 taman nasional yang dikelola langsung oleh pusat. Dari banyaknya taman nasional tersebut kami menemukan banyak sekali invensi. Tahun ini kami mendeklarasikan bioproteksi yang berasal dari hutan. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa hari ini kami hadir di sini,” jelas Suharyono.

Dia menyampaikan bahwa sebelumnya para peneliti yang berada di lapangan tidak pernah sedikitpun berpikir untuk melindungi hasil yang telah dilakukan, sehingga pada akhirnya temuan tersebut didaftarkan oleh para guru besar dan beberapa ada yang diambil oleh perusahaan-perusahaan besar. 

“Hubungan dengan Kemenkumham hari ini, dalam hal ini DJKI, berkaitan erat dengan pelindungan hukum bagi produk atau penemuan yang ditemukan oleh para peneliti kami. Kami ingin mendapatkan sebuah kerja sama yang baik antara Direktorat Jenderal KSDAE dengan DJKI. Ini menjadi prioritas kami untuk melindungi penemuan kami yang bersumber dari hutan,” pungkasnya.



LIPUTAN TERKAIT

Satgas IP Task Force Perkuat Koordinasi Penegakan Hukum Kekayaan Intelektual di Ranah Digital

Menjawab tantangan tren pelanggaran kekayaan intelektual (KI) yang semakin marak melalui platform belanja daring dan sistem elektronik, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menggelar Rapat Koordinasi Penegakan Hukum Kekayaan Intelektual bersama Satuan Tugas (Satgas) IP Task Force di Ruang Rapat DJKI Lantai 7, Jakarta, pada Kamis, 17 April 2025.

Kamis, 17 April 2025

Bahas Transformasi Digital di Bidang KI, DJKI Hadir dalam Forum WILD

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum Republik Indonesia berpartisipasi aktif dalam acara WIPO ICT Leadership Dialogue (WILD) yang berlangsung pada 14 hingga 16 April 2025. Keikutsertaan DJKI dalam forum global yang terselenggara di Kantor WIPO tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman terkait strategi digital, tantangan transformasi, dan praktik terbaik dalam lingkup administrasi dan layanan kekayaan intelektual (KI).

Rabu, 16 April 2025

Dirjen KI Terima Audiensi GNIK Bahas Program Pengembangan Talenta

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menerima audiensi dari Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) di Kantor DJKI, pada Selasa, 16 April 2025. Kunjungan yang mempertemukan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Razilu dengan Ketua Steering Committee GNIK Yunus Triyonggo ini membahas kolaborasi dalam penguatan manajemen pengembangan talenta bagi aparatur sipil negara khususnya DJKI. Kolaborasi ini menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya manusia unggul berbasis lima pilar strategis: manajemen modal manusia, kepemimpinan, pemahaman bisnis, ekonomi hijau, serta literasi dan keterampilan digital. Dengan harapan kolaborasi antara DJKI dan GNIK dapat melahirkan generasi pemimpin masa depan yang kompeten, adaptif, dan visioner.

Rabu, 16 April 2025

Selengkapnya