Jakarta - Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang beragam dan melimpah sehingga memiliki potensi besar untuk menghasilkan produk-produk hasil budidaya dengan ciri khas daerahnya masing-masing untuk meningkatkan ekonomi nasional. Produk dengan ciri khas daerah tersebut bisa dilindungi secara hukum sebagai Indikasi Geografis (IG).
Kendati demikian, pemanfaatan pelindungan IG saat ini masih belum berjalan efektif karena kurangnya pemahaman dalam meningkatkan reputasi dan nilai produk IG tersebut. Arto Biantoro selaku aktivis brand lokal menyampaikan bahwa ada strategi untuk mengenalkan dan meningkatkan nilai produk IG kepada konsumen yaitu dengan membangun dan mengembangkan sebuah branding pada produk.
“Branding sendiri adalah kegiatan yang membangun unsur pembeda dari suatu produk agar orang percaya pada produk. Untuk mem-branding maka harus menciptakan sebuah persepsi dan menciptakan relasi kepada konsumen yang bisa dilakukan melalui story telling,” ujar Arto pada Forum Indikasi Geografis Nasional pada 13 Juni 2024 di Shangri-la Hotel, Jakarta.
Branding bisa dibangun dengan teknik story telling, yaitu teknik memberikan narasi/cerita dari suatu produk yang berisi tentang identitas, sejarah atau informasi lainnya yang berhubungan dengan produk tersebut. Story telling yang kuat harus memuat tiga unsur utama. Yang, pertama adalah Hero, sosok yang diceritakan untuk membangun relasi dari produk. Hero bisa dibangun dari orang-orang membuat produk atau konsumen yang merasakan manfaat produk.
Selanjutnya unsur kedua adalah drama, yaitu memasukan sebuah sejarah/konflik dalam cerita agar menjadi lebih menarik. Ketiga adalah imagery, yaitu menggunakan deskripsi visual yang kuat dalam cerita sehingga membantu konsumen agar dapat membayangkan detail cerita.
“Selain itu dasar utama dalam membuat story telling adalah menggunakan teori 5W1H (when, where, who, what, why, how) dalam menceritakan produk tersebut. Dengan adanya penjelasan detail pada suatu produk maka konsumen akan mengenal lebih dalam mengenai produk tersebut.” tambah Arto.
Pada kesempatan yang sama, Ilham Nurrahmadi selaku Senior Public Policy and Government Relation Tokopedia turut menyampaikan tips dan trik bagaimana membuat strategi pengenalan dan pemasaran produk IG secara digital agar jangkauan pasar dari produknya bisa lebih besar lagi.
“Dalam menjual produk pada marketplace ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu Pertama, harus menggunakan nama produk yang tepat pada marketplace, sehingga konsumen akan mudah mencari produknya; kedua, menggunakan foto produk yang simple tapi keren dan menjelaskan; ketiga, menuliskan deskripsi menarik dan lengkap sehingga pembeli percaya dan yakin kepada produk kita,” kata Ilham.
Diharapkan dengan adanya strategi pengenalan dan promosi produk IG yang efektif, maka hal tersebut dapat meningkatkan reputasi dan nilai produk IG yang lebih baik lagi kepada para konsumen.
Sebagai tambahan informasi, pada kegiatan Forum IG dengan tema “Strategi Kreatif dan Digital Untuk Meningkatkan Pengakuan dan Nilai Produk IG” juga turut hadir Bara Pattiradjawane atau yang akrab disapa Chef Bara selaku Food & Flavor Developer Chef.
Pada kesempatan tersebut, Chef Bara mempromosikan produk IG melalui demo memasak dengan menu nasi goreng kebuli daging sapi yang menggunakan bahan baku produk IG dari hasil bumi tanah air. Ada Beras Bareh Solok dari Sumatera Barat, Garam Amed dari Bali, Kayu Manis Koerintji dari Jambi, Cengkeh Minahasa dari Sulawesi Utara dan masih banyak lagi. Demo memasak ini merupakan upaya untuk menunjukkan mutu kualitas dan pemanfaatan produk indikasi geografis. (Arm/Kad)
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menerima kunjungan Deputi Bidang Koordinasi Hukum Kementerian Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan dalam rangka audiensi koordinasi tugas dan fungsi terkait pengembangan kekayaan intelektual (KI) nasional.
Kamis, 13 Maret 2025
Komisi Banding Paten Republik Indonesia (KBP RI) menolak permohonan banding atas penolakan permohonan paten nomor P00202000758 yang berjudul Zat untuk Mencegah dan/atau Mengobati Penyakit Alzheimer melalui sidang terbuka di Gedung Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) pada Kamis, 13 Maret 2024.
Kamis, 13 Maret 2025
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) kembali menggelar Seri Webinar Edukasi Kekayaan Intelektual yang kedelapan dengan tema Komersialisasi Indikasi Geografis. Acara ini menghadirkan Ketua Tim Kerja Indikasi Geografis, Irma Mariana, yang menjelaskan pentingnya indikasi geografis sebagai alat branding bagi produk khas suatu daerah.
Senin, 10 Maret 2025
Jumat, 14 Maret 2025
Kamis, 13 Maret 2025
Kamis, 13 Maret 2025