Pelindungan Warisan Turun Temurun Indonesia melalui Indikasi Geografis

Jakarta -  Objek pelindungan indikasi geografis tidak hanya berupa sumber daya alam, tetapi juga kerajinan tangan atau hasil industri yang diwariskan secara turun temurun di suatu daerah. Produk dengan obyek pelindungan budaya di antaranya adalah Gerabah Kasongan Bantul dan Perak Celuk Bali yang sudah mendapatkan pelindungan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Heru Siswanto selaku Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Gerabah Kasongan Bantul menuturkan sejarah pembuatan Gerabah Kasongan Bantul dimulai sejak zaman kolonial Belanda yaitu sekitar tahun 1830 oleh Kyai Song. Saat itu, seorang prajurit Pangeran Diponegoro bertugas mengajari masyarakat Kasongan untuk membuat gerabah.

Menurut Heru, proses tersebut lambat laun membangkitkan semangat masyarakat Kasongan, Bantul untuk mempertahankan tanah leluhurnya melalui produksi gerabah dengan menggunakan tanah liat dari daerahnya. Berkat teknik ini, Gerabah Kasongan memiliki ketahanan yang kuat dan awet.

“Masyarakat Kasongan, Bantul dari zaman dahulu hingga sekarang tetap mempertahankan teknik tempel dalam proses produksi gerabah yang sudah dilakukan secara turun menurun dengan keahlian tingkat tinggi,” ujar Heru pada acara Business Talk Kekayaan Intelektual (KI) Expo di Hotel Shangri-La, Jakarta, 12 Juni 2024.

Hingga saat ini, Heru menyampaikan bahwa mayoritas mata pencarian masyarakat kasongan adalah pengrajin gerabah. Selain menembus pasar nasional, hasil produksi mereka telah menembus benua Eropa, Asia, dan Amerika. Tingginya permintaan produksi gerabah di pasar internasional membuatnya membutuhkan pelindungan hukum untuk menghindari penyalahgunaan atau pemalsuan. Heru menyatakan pendaftaran produk indikasi geografis warisan leluhurnya ini juga merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas gerabah kasongan bantul.

Senada dengan Heru, Ketua MPIG Perak Celuk  Bali I Made Megayasa mengatakan produk indikasi geografisnya juga memiliki karakter yang kuat karena motif-motifnya terinspirasi dari alam dan masih dipertahankan sejak 1915. Oleh sebab itu, produknya sangat diminati oleh wisatawan lokal hingga mancanegara.

Menurutnya, karakter kuat dari Perak Celuk Bali berawal dari motif dasar yaitu motif jawan, motif bun, motif buah gonda, motif liman paya. Kendati demikian, produsen juga berinovasi dengan membuat perpaduan motif lama yang diwajibkan ada dengan motif baru. Hal ini merupakan upaya dari MPIG dalam memenuhi selera konsumen, baik lokal, nasional maupun global.

“Selain itu Perak Celuk Bali memiliki standar yang harus diikuti oleh anggota MPIG (pengrajin) dengan melakukan pengujian kadar perak yang memiliki standar internasional sebesar 92,5%, sehingga menjadikan motif tersebut halus dan kokoh,” ujar Made.

Sebagai informasi, Indikasi Geografis (IG) merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.

Tanda yang digunakan sebagai IG dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

“Inovasi dan kreatifitas tetap dilakukan oleh gerabah kasongan dan perak celuk bali sehingga menjadikan daerah tersebut sebagai pusat sentra kerajinan gerabah dan Pusat Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Perak di Indonesia,” simpul Heru dan Made. (SGT/KAD)



LIPUTAN TERKAIT

Rapat Persiapan Penyusunan Kurikulum Pelatihan Fungsional Analis Kekayaan Intelektual

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menyelenggarakan Rapat Persiapan Penyusunan Kurikulum Pelatihan Fungsional Analis Kekayaan Intelektual pada Jum’at, 28 Juni 2024.

Jumat, 28 Juni 2024

Tingkatkan Kapasitas Pegawai, DJKI Kolaborasi dengan CNIPA Gelar Patent Training

Dalam rangka meningkatkan kapasitas pegawai di bidang Paten, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) bekerja sama dengan China National Intellectual Property Administration (CNIPA) menyelenggarakan Patent Training pada tanggal 27 - 28 Juni 2024 di Aula Oemar Seno Adji, Gedung DJKI, Jakarta Selatan.

Jumat, 28 Juni 2024

Tingkatkan Budaya Hukum dalam Pelindungan KI, DJKI Gelar EKII bagi Mitra Profesi Hukum

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) selalu berupaya untuk memberikan sosialisasi pengetahuan tentang KI kepada masyarakat salah satunya melalui kegiatan Edukasi Kekayaan Intelektual Indonesia (EKII) bagi Mitra Profesi Hukum yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni 2024 di Kantor DJKI

Rabu, 26 Juni 2024

Selengkapnya